BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesadaran bahwa belajar adalah proses menjadi dirinya sendiri (process of becoming person) bukan proses untuk dibentuk (process of beings haped) menurut kehendak orang lain, membawa kesadaran yang lain bahwa kegiatan belajar harus melibatkan individu atau client dalam proses pemikiran: apa yang mereka inginkan, apa yang dilakukan, menentukan dan merencanakan serta melakukan tindakan apa saja yang perlu untuk memenuhi keinginan tersebut. Inti dari pendidikan adalah menolong orang belajar bagaimana memikirkan diri mereka sendiri, mengatur urusan kehidupan mereka sendiri untuk berkembang dan matang, dengan mempertimbangkan bahwa mereka juga sebagai makhluk sosial.
Di
tahun 70 an dikenal sebuah proyek yang disebut dengan PPSP (Proyek Perintis
Sekolah Pembangunan). Pada waktu itu, siswa dibebaskan menentukan seberapa
cepat dia bisa menyelesaikan masa studinya. Siswa
diberi Lembaran Kegiatan Siswa (LKS) yang berisikan tentang teori-teori materi
yang dipelajari, dan kalau siswa beranggapan sudah menguasai, maka diberi
lembar latihan dari LKS tadi dan kalau sudah merasa siap, maka siswa bisa
mengambil sendiri Lembar Test Formatif. Fungsi Guru
pada waktu itu adalah menjelaskan apabila bertanya dan menilai hasil test
formatif tersebut. Di PPSP ini, murid kelas 1 SMP (waktu itu disebut kelas 6),
itu bisa saja menempuh pelajaran kelas 2 SMP (kelas 7) maupun menempuh kelas 8
(3 SMP), sehingga pada waktu itu, cukup banyak yang mampu menempuh level SMP
hanya dalam waktu 2 tahun. PPSP mencanangkan program SD hanya 5 tahun, SMP bisa
ditempuh 2 tahun dan SMA juga bisa ditempuh 2 tahun juga, tergantung kepada
kemampuan dari siswa.
Kegiatan
belajar yang melibatkan individu atau client dalam proses menentukan apa yang
mereka inginkan, apa yang akan dilakukan, adalah beberapa prinsip dari teori
belajar Andragogi. Teori belajar Andragogi sering juga disebut dengan teori
belajar orang dewasa. Makalah ini akan membahas
tentang Teori Belajar Andragogi tersebut dan membahas kelemahan serta
keunggulannya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian andragogi?
2. Apakah fungsi andragogi?
3. Apa bentuk Perkembangan Teori Andragogi dalam masyarakat?
1.3. Tujuan
2. Apakah fungsi andragogi?
3. Apa bentuk Perkembangan Teori Andragogi dalam masyarakat?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian andragogi
2. Mengatahui fungsi andragogi
3. Mengetahui Perkembangan Teori Andragogi dalam masyarakat
2. Mengatahui fungsi andragogi
3. Mengetahui Perkembangan Teori Andragogi dalam masyarakat
BAB II
BAHASAN
2.1. Andragogi
Andragogi
berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan
agogos berarti memimpin. Perdefinisi andragogi kemudian dirumuskan sebagau
"Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar". Kata andragogi
pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun
1883 untuk menjelaskan dan merumuskan konsep-konsep dasar teori pendidikan Plato. Meskipun demikian, Kapp tetap membedakan antara
pengertian "Social-pedagogy" yang menyiratkan arti pendidikan orang
dewasa, dengan andragogi. Dalam rumusan Kapp, "Social-pedagogy" lebih
merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi
orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi, justru lebih merupakan proses
pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara
berkelanjutan. Apa itu pendidikan orang dewasa dan bagaimana dia berbeda dalam
teori dan praktek dari persiapan pendidikan anak-anak dan pemuda. Pendidikan
orang dewasa didefinisikan, digambarkan serta dipertimbangkan dalam hubungannya
dengan profesi pelayanan manusia yang lain.
A. Pendidikan dan Sekolah
Sejauh
ini pendidikan berperan dalam meyiapkan beberapa fungsi stereotip tertentu,
situasi stabil, untuk keeksistensian, untuk perdagangan atau pekerjaan
tertentu. Secara garis besar penddidikan dipandang sebagai usaha secara
langsung, sistematis, dan mendukung untuk mentransfer, membangkitkan, atau
mendapatkan pengetahuan, maka tingkah laku, nilai-nilai, keterampilan, dan
hasil yang lainnya dari usaha tersebut,* karenanya jelaslah bahwa pendidikan
orang dewasa dan anak-anak seperti yang terdapat sekarang ini dan di masa serta
tempat manapun serta melalui banyak aktivitas.
Pembelajaran
Sepanjang Hayat
Penasehat
pendidikan sepanjang masa berpendapat bahwa pendidikan adalah sebuah proses
yang berlangsung dari satu bentuk ke bentuk yang lain sepanjang hayat, dan
itulah tujuan dan bentuk yang harus diadaptasi sesuai dengan kebutuhan tiap
individu pada tahapan yang berbeda dalam perkembangan mereka. Pendidikan
dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dalam kehidupan dan semua lembaga
masyarakat dengan potensi pendidikan dianggap sebagai sumber pembelajaran:
1.
Konsep dari pembelajaran sepanjang masa
berkontradiksi dengan konsep kebijakan konvensional yang kaku dan membingungkan
2.
Implikasi besar selanjutnya adalah bahwa
masyarakat harus membuat pencegahan yang cukup untuk mencukupi kebutuhan
pendidikan bagi orang dewasa yang telah meninggalkan sekolah formal
3.
Adalah sistem pendidikan formal harus ditata
ulang sehingga bisa cukup fleksibel untuk mengakomodasi pilihan-pilihan
individu dan menyiapkan pemuda untuk melanjutkan pendidikannya sebagai pelajar
yang termotivasi secara mandiri dan kompeten
B. Konteks Sosial Pendidikan Sepanjang Masa
Teknologi
yang berbasis sain dan teknologi pasca-industri yang dimiliki oleh ekonomi
modern telah mengarah kepada produktivitas yang meningkat tajam, pendapatan
yang bisa dibuang, waktu luang, dan pencapaian pendidikan.
Telah
diperkirakan bahwa dalam beberapa bidang, seperti teknik dan obat-obatan,
“separuh kehidupan” dari pendidikan diperoleh di sekolah professional kurang
lebih 5 tahun.5 Karenanya, dalam beberapa tahun, separuh dari apa yang
dipelajari dokter atau teknisi di ruang kelas menjadi rintangan. Pengetahuan
bukan saja terus berkembang besar, tetapi struktur pengetahuan, teknologi, dan
pekerjaan menjadi lebih kompleks dan rumit.
Tekanan
ekonomi dan sosial pada masyarakat paascaindustri juga telah mempengaruhi
komposisi sosio-demografis dari negara-negara yang paling terindustrialisasi,
dengan berbagai cara yang hampir pasti akan mendorong ekspansi yang terus
menerus pada kesempatan belajar sepanjang masa.
Perubahan
status wanita dalam masyarakat industri yang maju juga memiliki dampak yang
penting bagi masa depan pendidikan orang dewasa.
Perubahan
struktural jangka panjang dalam pasar tenaga kerja mendasari
perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia kerja. Penurunan jenis pekerjaan
di sektor agraris, bagi pekerja tidak terlatih dan bagi pekerja kasar pada
umumnya berpengaruh sangat besar, dengan permintaan lebih pada pekerjaan
kantoran serta sektor pelayanan dan profesional/teknis.
Kesimpulannya, tekanan ekonomi, sosio-kultural, dan demografis, dan bukan sekedar harapan dari pendidik yang tercerahkan sedang membantu perwujudan pendidikan sepanjang masa ini.
Kesimpulannya, tekanan ekonomi, sosio-kultural, dan demografis, dan bukan sekedar harapan dari pendidik yang tercerahkan sedang membantu perwujudan pendidikan sepanjang masa ini.
C. Sifat Pendidikan Orang Dewasa
Segala
jenis pendidikan tentunya melibatkan proses belajar. konsep pendidikan yang
dijelaskan sebelumnya yakni usaha secara langsung, sistematis, dan kokoh untuk
mengirimkan, memunculkan, atau mendapatkan pengetahuan. Pembelajaran dapat
terjadi secara tidak langsung atau insidental, tidak terorganisir, dan dalam
waktu yang sangat singkat. Pendidikan orang dewasa itu sendiri terjadi di
pembelajaran mandiri, di mana pelajar bertanggungjawab sepenuhnya terhadap
desain dan pelaksanaan kegiatan belajar mereka, dan pendidikan terarah
lainnnya, dimana guru, pemimpin, tim produksi media, atau agen pendidikan yang
lain bertanggungjawab sepenuhnya terhadap manajemen pembelajaran.
Sifat
belajar bagi orang dewasa adalah bersifat subjektif dan unik, maka terlepas
dari benar atau salahnya, segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, teori,
sistem nilainya perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan)
harga diri mereka, hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun
demikian, pembelajaran orang dewasa perlu pula mendapatkan kepercayaan dari
pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada
dirinya sendiri. Tanpa kepercayaan diri tersebut, maka suasana belajar yang
kondusif tak akan pernah terwujud.
Sebagaimana
dikatakan Grattan, seseorang harus menyadari perbedaan antara pendidikan dari
orang dewasa dan pendidikan orang dewasa karena yang pertama lebih mencakup
banyak hal. Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat
dan pendirian yang berbeda. Dengan terciptanya suasana yang baik, mereka akan
dapat mengemukakan isi hati dan isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas,
walaupun mereka saling berbeda pendapat. Orang dewasa mestinya memiliki
perasaan bahwa dalam suasana/ situasi belajar yang bagaimanapun, mereka boleh
berbeda pendapat dan boleh berbuat salah tanpa dirinya terancam oleh sesuatu
sanksi (dipermalukan, pemecatan, cemoohan, dll).
Keterbukaan
seorang pembimbing sangat membantu bagi kemajuan orang dewasa dalam mengembangkan
potensi pribadinya di dalam kelas, atau di tempat pelatihan. Sifat keterbukaan
untuk mengungkapkan diri, dan terbuka untuk mendengarkan gagasan, akan
berdampak baik bagi kesehatan psikologis, dan psikis mereka. Di samping itu,
harus dihindari segala bentuk akibat yang membuat orang dewasa mendapat ejekan,
hinaan, atau dipermalukan. Jalan terbaik hanyalah diciptakannya suasana
keterbukaan dalam segala hal, sehingga berbagai alternatif kebebasan
mengemukakan ide/gagasan dapat diciptakan.\
Dalam
hal lainnya, tidak dapat dinafikkan bahwa orang dewasa belajar secara khas dan
unik. Faktor tingkat kecerdasan, kepercayaan diri, dan perasaan yang terkendali
harus diakui sebagai hak pribadi yang khas sehingga keputusan yang diambil
tidak harus selalu sama dengan pribadi orang lain. Kebersamaan dalam kelompok
tidak selalu harus sama dalam pribadi, sebab akan sangat membosankan kalau saja
suasana yang seakan hanya mengakui satu kebenaran tanpa adanya kritik yang
memperlihatkan perbedaan tersebut. Oleh sebab itu, latar belakang pendidikan,
latar belakang kebudayaan, dan pengalaman masa lampau masing-masing individu
dapat memberi warna yang berbeda pada setiap keputusan yang diambil. Bagi orang
dewasa, terciptanya suasana belajar yang kondusif merupakan suatu fasilitas
yang mendorong mereka mau mencoba perilaku baru, berani tampil beda, dapat
berlaku dengan sikap baru dan mau mencoba pengetahuan baru yang mereka peroleh.
Walaupun sesuatu yang baru mengandung resiko terjadinya kesalahan, namun
kesalahan, dan kekeliruan itu sendiri merupakan bagian yang wajar dari belajar.
Pada
akhirnya, orang dewasa ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu.
Bagi orang dewasa ada kecenderungan ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan
dirinya. Dengan demikian, diperlukan adanya evaluasi bersama oleh seluruh
anggota kelompok dirasakannya berharga untuk bahan renungan, di mana renungan
itu dapat mengevaluasi dirinya dari orang lain yang persepsinya bisa saja
memiliki perbedaan.
D. Menyikap Definisi
* Pendidikan orang dewasa tidak
berkaitan dengan hal mempersiapkan orang dalam menjalani kehidupannya tetapi
lebih membantu orang dewasa agar mereka sukses dalam menjalani kehidupannya,
meningkatkan kompetensi mereka atau transisi negosiasi dalam peran sosial
mereka (pekerja, orang tua, pensiunan, dan lain-lain), membantu mereka
mendapatkan pemuasan yang lebih baik dalam kehidupan pribadi mereka dan
membantu mereka dalam memecahkan masalah pribadi dan masyarakat mereka.
Kesimpulan devinisi
“Pendidikan orang dewasa adalah
sebuah proses yang peranan sosial utamanya adalah membentuk karakteristik
status orang dewasa yang menjalankan aktivitas pembelajaran utuh dan sistematis
yang bertujuan memberikan perubahan dalam hal ilmu pengetahuan, tingkah laku,
nilai atau kemampuan….”
E. Tujuan dan Isu
“Istilah pendidikan orang dewasa
bermakna seluruh proses edukasi yang terorganisir, apapun isinya, level,
metode, apakah formal atau sebaliknya, apakah proses tersebut panjang atau
menggantikan pendidikan awal di sekolah, perguruan tinggi, universitas serta
dalam kewirausahaan, di mana di dalamnya, orang-orang dianggap sebagai orang
dewasa oleh masyarakat dan mereka mengembangkan kemampuan mereka, mendapatkan
pengetahuan mereka, meningkatkan kualifikasi teknis dan professional mereka
atau mengubah diri mereka mengikuti sebuah arahan baru dan membawa perubahan
dalam sikap dan tingkah laku mereka dalam perspektif dua arah pada perkembangan
personal dan partisipasi dalam perkembanagaan kultural, ekonomi, sosial
independen dan seimbang.”
Definisi ini menyatakan
bahwasanya pendidikan orang dewasa sebaiknya dilihat sebagai sebuah komponen
integral pada sebuah skema global untuk “pendidikan dan pembelajaran seumur
hidup.”
UNESCO memandang perkembangan sosial dan individual (yaitu komunitas dan nasional) sebagai tujuan utama yang sama untuk pendidikan orang dewasa, sementara yang lain tidak setuju dan kadang-kadang menolak validitas perkembangan sosial sebagai sebuah tujuan pendidikan. Pendidikan dibedakan dari indoktrinasi, sebuah perbedaan yang mungkin lebih mudah dibuat dalam pendidikan orang dewasa daripada dalam pendidikan swasta.
UNESCO memandang perkembangan sosial dan individual (yaitu komunitas dan nasional) sebagai tujuan utama yang sama untuk pendidikan orang dewasa, sementara yang lain tidak setuju dan kadang-kadang menolak validitas perkembangan sosial sebagai sebuah tujuan pendidikan. Pendidikan dibedakan dari indoktrinasi, sebuah perbedaan yang mungkin lebih mudah dibuat dalam pendidikan orang dewasa daripada dalam pendidikan swasta.
F. Cakupan Bidang
Bahwasanya program edukasional
ekstensif dalam sektor korporasi yang di-desain untuk membantu para pelanggan
dalam menggunakan produk-produk atau pelayanan yang mereka ambil, merupakan
sebuah aktivitas yang sama dengan program di rumah sakit dan organisasi
perawatan kesehatan yaitu pendidikan terhadap pasien. Kesatuan buruh, juga
memberikan ruang yang luas dalam program edukasional bagi anggota mereka dan para
pekerja.
2.2. Fungsi Dasar
Fungsi dasar pendidikan orang
dewasa adalah instruksi, konseling, perkembangan program dan administrasi.
Proses pengembangan program melibatkan penilaian pada kebutuhan pelajar,
membuat dan mengeksekusi keputusan yang diperlukan dalam aktivitas belajar
untuk memposisikan dan mengevaluasi hasil.
Keunikan dan keterpusatan fungsi
pengembangan program dalam pendidikan orang dewasa berasal dari perbedaan
tujuan dan kebutuhan pendidik orang dewasa. Sebuah upaya dilakukan untuk
mempertemukan bermacam-macam perubahan individu dan kebutuhan kelompok walaupun
berupa program jangka pendek. Hal ini mengikuti pernyataan bahwa pendidikan
orang dewasa lebih distandarisasi seperti dalam program remidi atau kesempatan
kedua yang mensejajarkan kurikulum pendidikan remaja, dan fungsi pengembangan
program tidaklah begitu penting.
A. Guru
Guru
untuk orang dewasa, sebagaimana guru anak-anak dan remaja, juga serius dalam
mentransfer dan membangkitkan pengetahuan, sikap, nilai-nilai, serta kemampuan
dengan cara yang sistematis. Tentu saja terdapat perbedaan antara mengajarkan
orang dewasa dengan remaja, dan tingkat perbedaan ini pada praktiknya
bervariasi. Fase “mentransfer dan membangkitkan” memperhatikan esensi perbedaan
penting ini. Terkadang, karena tradisi dan pendidikan atau karena tingginya
struktur sifat mata pelajaran yang akademis dan mengarah pada kejuruan,
penekanan pada seting yang lebih formal yang serupa sekolah cenderung pada
transfer pengetahuan oleh guru. Konsep pengajaran semacam ini telah lama
ditekankan pada kepustakaan profesional karena ia memperhatikan beberapa
karakteristik khusus orang dewasa selaku pelajar. Pada kenyataannya,
kepustakaan orang dewasa sering tidak menyebut kata guru, tapi pemimpin,
mentor, dan fasilitator. Sedang dalam konsep pengajaran ini, kata guru
digunakan karena familiar dan, dalam pengertian yang lebih luas, menunjukkan ke
semua orang siapa yang secara langsung memfasilitasi pembelajaran.
Kondisi,
tujuan, dan aktivitas guru orang dewasa yang sangat beragam ditujukan untuk
menghindari segala hal kecuali deskripsi yang paling umum. Kebanyakan guru
orang dewasa adalah sukarelawan yang mengajar di banyak komunitas, seperti
dalam asosiasi program pendidikan sukarela.
B. Konselor
Fungsi
konseling yang langsung mempertinggi penyediaan informasi tentang kesempatan
pendidikan dan karir, bantuan dalam membut pilihan pendidikan dan pekerjaan,
serta bantuan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mengganggu proses
belajar. Jumlah konselor orang dewasa yang ditunjuk sangatlah sedikit, sehingga
kebanyakan bagian dari konseling yang ada dilakukan oleh guru, pengembang
program, dan administrator. Sebuah studi tentang program pendidikan dasar orang
dewasa di kota besar melaporkan bahwa kebutuhan akan konseling sangatlah besar
dan suplai konselor sangat sedikit, sehingga para guru yang memikulnya tak
peduli apakah mereka siap atau tidak. Rasio konselor ke pelajar dalam agen
pendidikan sekolah umum orang dewasa yang komprehensif adalah 1 berbanding
5000. Pada lingkup pendidikan yang lebih tinggi, khususnya komunitas perguruan
tinggi, rasio ini umumnya lebih kecil, tapi sumberdaya konselor jarang
mencukupi kebutuhan. Sebagai bagian dari peraturan, konselor biasanya ada untuk
pelajar dewasa dalam pendidikan dasar, penyelesaian sekolah menengah, dan
program perguruan tinggi, namun jarang terdapat di lingkup pendidikan yang
kurang formal. Ujian dan penyerahan kepada agen pelayanan sosial dan kesehatan
cenderung menjadi fungsi konseling yang menonjol di ABE dan program penyelesaian
sekolah menengah, sedangkan konseling pekerjaan (biasanya dalam kelompok),
bimbingan akademik, dan pengembangan kemampuan studi lebih condong ke
karakteristik lingkup pendidikan yang lebih tinggi.
Pemberian konseling pada pelajar dewasa, sebagaimana pengajaran mereka, sebagian besar masih dilakukan oleh orang-orang yang meluangkan paruh waktunya untuk mereka. Namun, sepertinya jumlah konselor yang bekerja full-time akan terus bertambah.
Pemberian konseling pada pelajar dewasa, sebagaimana pengajaran mereka, sebagian besar masih dilakukan oleh orang-orang yang meluangkan paruh waktunya untuk mereka. Namun, sepertinya jumlah konselor yang bekerja full-time akan terus bertambah.
C. Pengembang Program / Administrator
Mayoritas
pendidik orang dewasa yang bekerja full-time dipekerjakan di peran administrati
atau semi-administratif yang meliputi pengembangan program dan fungsi
manajemen. Pendidik paruh waktu tentu juga memiliki peran yang sama.
Faktor lain yang menguatkan bercampurnya peran pengembangan program dan peran administratif dalam pendidikan orang dewasa. Kekurangan staf pengajar yang full-time pada kebanyakan pendidikan orang dewasa menyebabkan administrator perlu memikul fungsi tertentu yang normalnya dikerjakan oleh anggota staf pengajar.
Faktor lain yang menguatkan bercampurnya peran pengembangan program dan peran administratif dalam pendidikan orang dewasa. Kekurangan staf pengajar yang full-time pada kebanyakan pendidikan orang dewasa menyebabkan administrator perlu memikul fungsi tertentu yang normalnya dikerjakan oleh anggota staf pengajar.
Pada
banyak kasus, agen pendidikan orang dewasa adalah suatu sub-unit dari
organisasi yang lebih besar di mana tujuan utamanya bukanlah pendidikan orang
dewasa atau bahkan bukan pendidikan.
Kesempatan suksesnya program dan terus-menerus bertambahnya pelajar baru bahkan guru seringkali didasarkan pada koneksi dan hubungan dengan berbagai kelompok dan organisasi dalam komunitas yang lebih luas. Menurut Beder, koneksi dan hubungan bisa jadi sangat krusial dalam menjamin sumberdaya yag diperlukan seperti pelajar, guru, dukungan politis, dan terkadang bahkan fasilitas, serta layanan seperti perawatan anak dan penempatan kerja. Bahkan, unit pendidikan yang mandiri dan kepelatihan pada kemiliteran dan industri pun seringkali menemukan bahwa membangun hubungan dengan pihak luar, terutama pihak perguruan tinggi dan universitas, sangatlah berguna.
Kesempatan suksesnya program dan terus-menerus bertambahnya pelajar baru bahkan guru seringkali didasarkan pada koneksi dan hubungan dengan berbagai kelompok dan organisasi dalam komunitas yang lebih luas. Menurut Beder, koneksi dan hubungan bisa jadi sangat krusial dalam menjamin sumberdaya yag diperlukan seperti pelajar, guru, dukungan politis, dan terkadang bahkan fasilitas, serta layanan seperti perawatan anak dan penempatan kerja. Bahkan, unit pendidikan yang mandiri dan kepelatihan pada kemiliteran dan industri pun seringkali menemukan bahwa membangun hubungan dengan pihak luar, terutama pihak perguruan tinggi dan universitas, sangatlah berguna.
D. Studi Kesarjana
Meskipun
ada perkembangan pesat dalam jumlah program kesarjana dan jumlah kesarjana
dengan persiapan formal dalam pendidikan orang dewasa, tapi mayoritas program
berbasis universitas ukurannya paling sederhana, setidaknya jika diukur dengan
istilah anggota fakultas yang full-time.
Tujuan
pendidikan, kurikulum-kurikulum, dan orientasi bidang pendidikan orang dewasa
di masing-masing program kesarjana berbeda-beda. Beberapa program baru,
khususnya yang didirikan dengan bantuan pemerintah pusat di Selatan pada akhir
tahun 1960-an, sangat berorientasi pada pelatihan personil pendidikan dasar
orang dewasa. Karena kelangkaan posisi full-time bagi pendidik orang dewasalah
maka studi kesarjana pada kebanyakan universitas menyanggupi untuk menyiapkan
pengembangan program dan peran administrasi dalam spektrum lingkup yang luas.
Fleksibilitas
juga didapatkan lewat pembelajaran mandiri (yang diarahkan sendiri) yang
berbeda dengan menggunakan sarana seperti studi independen, lapangan kerja, dan
kursus internship (keahlian). Konsekuensinya, sarjana datang dari background
yang berbeda-beda dan biasanya telah memiliki pengalaman profesional dalam
pendidikan orang dewasa atau bidang terkait sebelum melewati studi kesarjana.
Universitas
adalah sebuah institusi yang tidak hanya menyiapkan tenaga pendidik perguruan
tinggi. Volume terbesar dari pelatihan pemimpin pendidikan dewasa yang
teroganisir terjadi dalam institusi pendukung program, seperti industri dan
perusahaan komersial, sekolah umum, departemen pemerintahan yang berperan
penting, dan asosiasi sukarelawan.
E. Riset (Penelitian)
Penciptaan
kumpulan ilmu pengetahuan dalam pendidikan perguruan tinggi melalui pencarian
yang sistematis dan teratur telah tertinggal jauh dari perkembangan program
pelatihan sarjana. Pendidik perguruan tinggi telah sangat bergantung pada teori
umum dan penemuan penelitian dalam pendidikan dan ilmu alamiah sosial yang
sangat penting bagi semua pendidik. Bagaimanapun juga, kumpulan ilmu
pengetahuan umum yang teruji belum terpenuhi.
Sementara melalui evaluasi/ analisa menyeluruh dari sseluruh sumbangan para ilmuwan untuk pemahaman kita dari pembelajaran orang dewasa dan pendidikan adalah tidak mungkin disini, kita harus mengingat secara ringkas perkembangan-perkembangan yang berarti.
Tidak ada keraguan bahwa ilmuwan sosial akan terus membuat kontribusi penting untuk pemahaman kita tentang pendidikan tinggi dan bahwa peneliti pendidikan tinggi akan melanjutkan untuk menggunakan topic-topik dan penemuan penelitian dari sosialogi, psikologi, ekonomi, dan disiplin ilmu yang lain.
Sementara melalui evaluasi/ analisa menyeluruh dari sseluruh sumbangan para ilmuwan untuk pemahaman kita dari pembelajaran orang dewasa dan pendidikan adalah tidak mungkin disini, kita harus mengingat secara ringkas perkembangan-perkembangan yang berarti.
Tidak ada keraguan bahwa ilmuwan sosial akan terus membuat kontribusi penting untuk pemahaman kita tentang pendidikan tinggi dan bahwa peneliti pendidikan tinggi akan melanjutkan untuk menggunakan topic-topik dan penemuan penelitian dari sosialogi, psikologi, ekonomi, dan disiplin ilmu yang lain.
Meski
yang paling mendasar dan secara luas mempunyai asumsi tentang pembelajar dewasa
dan kondisi-kondisi yang mendukung pembelajaran dewasa telah berdampak sangat
kecil kepada penelitian ilmiah yang menyeluruh dan teliti. Hal ini belum
didemonstrasikan secara jelas, sebagai contoh, bahwa peserta yang aktif oleh
orang dewasa dalam merencanakan atau menerapakan aktifitas belajar mereka
mempunyai dampak yang penting pada hasil pendidikan.
Kebanyakan riset pada pendidikan tinggi terjadi dalam universitas, dan dalam jumlah terbesar berasal dari mahasiswa program doctor dalam bentuk disertasi.
Kebanyakan riset pada pendidikan tinggi terjadi dalam universitas, dan dalam jumlah terbesar berasal dari mahasiswa program doctor dalam bentuk disertasi.
F. Organisasi Profesional
Banyak organisasi dimana pendidik
orang dewasa dan institusi pendidikan orang dewasanya mempunyai banyak tujuan
dan dan kondisi yang memberi karakter pendidikan tinggi saat ini.
Organisasi-organisasi ini memenuhi beberapa fungsi penting untuk kelanjutan perkembangan
bidang dan praktisinya. Mungkin fungsi paling penting dari organisasi
pendidikan orang dewasa adalah perkembangannya professional.
G. Identitas Profesional
Sifat pendidikan orang dewasa
adalah sebuah usaha yang tidak bisa didominasi oleh lembaga manapun dan tidak
pernah bisa dikurangi untuk satu tujuan atau fungsi selain memperluas komitmen
utnuk manusia dan perkembangan sosial. Dalam beberapa hal, pendidikan orang
dewasa sama dengan sub bidang yang lain dalam pendidikan professional yang
lebih luas, seperti pendidikan atau bimbingn khusus, tetapi di lain hal sangat
berbeda, karena ini tidak terikat pada sekolah-sekolah atau kondisi yang mirip
sekilah dan tujuan-tujuannya.
2.3. Perkembangan Teori Andragogi Dalam Masyarakat
Malcolm Knowles dalam publikasinya
yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species" yang
diterbitkan pada tahun 1970 mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang
dewasa. Sejak saat itulah istilah "Andragogi" makin diperbincangkan
oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan.
Sebelum
muncul Andragogi, yang digunakan dalam kegiatan belajat adalah Pedagogy. Konsep ini menempatkan murid/siswa sebagai obyek
di dalam pendidikan, mereka mesti menerima pendidikan yang sudah di setup oleh
sistem pendidikan, di setup oleh gurunya/pengajarnya. Apa yang dipelajari,
materi yang akan diterima, metode panyampaiannya, dan lain-lain, semua
tergantung kepada pengajar dan tergantung kepada sistem. Murid sebagai obyek
dari pendidikan.
Kelemahannya
Pedagogi adalah manusia (dalam hal ini adalah siswa) yang memiliki keunikan,
yang memiliki talenta, memiliki minat, memiliki kelebihan, menjadi tidak
berkembang, menjadi tidak bisa mengeksplorasi dirinya sendiri, tidak mampu
menyampaikan kebenarannya sendiri, sebab yang memiliki kebenaran adalah masa
lalu, adalah sesuatu yang sudah mapan dan sudah ada sampai sekarang. Perbedaan
bukanlah menjadi hal yang biasa, melainkan jika ada yang berbeda itu akan
dianggap sebagai sebuah perlawanan dan pemberontakan. Pedagogy memiliki
kelebihan, yakni di dalam menjaga rantai keilmuan yang sudah diawali oleh
orang-orang terdahulu, maka rantai emas dan benang merah keilmuan bisa
dilanjutkan oleh generasi mendatang. Generasi mendatang tidak perlu mulai dari
nol lagi, melainkan tinggal melanjutkan apa yang sudah ditemukan, apa yang
sudah dirintis, apa yang sudah dimulai oleh generasi mendatang.
Dalam
Andragogy inilah, kita kenal istilah-istilah Enjoy Learning, Workshop,
Pelatihan Outbond,dll, dan dari konsep Pendidikan Andragogy inilah kemudian
muncul konsep-konsep Liberalisme pendidikan, Liberasionisme pendidikan dan
Anarkisme pendidikan. Liberalisme pendidikan bertujuan jangka panjang untuk
melestarikan dan memperbaiki tatanan sosial yang ada dengan cara mengajar
setiap siswa sebagaimana cara menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupan
sehari-hari secara efektif. Liberasionisme pendidikan adalah sebuah sudut
pandang yang menganggap bahwa kita harus segera melakukan perombakan berlingkup
besar terhadap tatanan politik (dan pendidikan) yang ada sekarang, sebagai cara
untuk memajukan kebebasan-kebebasan individu dan mempromosikan perujudan
potensi-potensi diri semaksimal mungkin. Bagi pendidik liberasionis, sekolah
bersifat obyektif namun tidak sentral dan sekolah bukan hanya mengajarkan pada
siswa bagaimana berpikir yang efektif secara rasional dan ilmiah, melainkan
juga mengajak siswa untuk memahami kebijaksanaan tertinggi yang ada di dalam
pemecahan-pemecahan masalah secara intelek yang paling meyakinkan. Dengan kata
lain, liberasionisme pendidikan dilandasi oleh sebuah sistem kebenaran yang
terbuka. Secara moral, sekolah berkewajiban mengenalkan dan mempromosikan
program-program sosial konstruktif dan bukan hanya melatih pikiran siswa.
Sekolahpun harus memajukan pola tindakan yang paling meyakinkan yang didukung
oleh sebuah analisis obyektif berdasarkan fakta-fakta yang ada.
Hal ini sejalan dengan pendapat Aristoteles tentang prinsip pendidikan yaitu sebagai wahana pengkajian fakta-fakta, mencari ‘yang obyektif’, melalui pengamatan atas kenyataan. Anarkisme pendidikan pada umumnya menerima sistem penyelidikan eksperimental yang terbuka (pembuktian pengetahuan melalui penalaran ilmiah). Tetapi berbeda dengan liberal dan liberasionis, anarkisme pendidikan beranggapan bahwa harus meminimalkan dan atau menghapuskan pembatasan-pembatasan kelembagaan terhadap perilaku personal, bahwa musti dilakukan untuk membuat masyarakat yang bebas lembaga. Menurut anarkisme pendidikan, pendekatan terbaik terhadap pendidikan adalah pendekatan yang mengupayakan untuk mempercepat perombakan humanistik berskala besar yang mendesak ke dalam masyarakat, dengan cara menghapuskan sistem persekolahan sekalian.
Hal ini sejalan dengan pendapat Aristoteles tentang prinsip pendidikan yaitu sebagai wahana pengkajian fakta-fakta, mencari ‘yang obyektif’, melalui pengamatan atas kenyataan. Anarkisme pendidikan pada umumnya menerima sistem penyelidikan eksperimental yang terbuka (pembuktian pengetahuan melalui penalaran ilmiah). Tetapi berbeda dengan liberal dan liberasionis, anarkisme pendidikan beranggapan bahwa harus meminimalkan dan atau menghapuskan pembatasan-pembatasan kelembagaan terhadap perilaku personal, bahwa musti dilakukan untuk membuat masyarakat yang bebas lembaga. Menurut anarkisme pendidikan, pendekatan terbaik terhadap pendidikan adalah pendekatan yang mengupayakan untuk mempercepat perombakan humanistik berskala besar yang mendesak ke dalam masyarakat, dengan cara menghapuskan sistem persekolahan sekalian.
BAB III
PENUTUP
3.1. Saran
Dalam
andragogi, peranan guru, pengajar atau pembimbing yang sering disebut dengan fasilitator
adalah mempersiapkan perangkat atau prosedur untuk mendorong dan melibatkan
secara aktif seluruh warga belajar, maka dalam proses belajar harus
memperhatikan elemen-elemen:
1.
Menciptakan iklim dan suasana yang mendukung
proses belajar mandiri
2.
Menciptakan mekanisme dan prosedur untuk
perencanaan bersama dan partisipatif.
3.
Diagnosis kebutuhan-kebutuhan belajar yang
spesifik Merumuskan tujuan-tujuan program yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan
belajar
4.
Merencanakan pola pengalaman belajar
5.
Melakukan dan menggunakan pengalaman belajar ini
dengan metoda dan teknik yang memadai.
6.
Mengevaluasi hasil belajar dan mendiagnosis
kembali kebutuhan-kebutuhan belajar. Ini adalah model proses.
Karena ini
merupakan pendidikan untuk orang dewasa maka guru, pengajar atau pembimbing
lebih berperan sebagai fasilitator untuk mengembangkan kreatifitas dalam
pemecahan masalah secara nyata.
Semua aktifitas didalam kegiatan belajar haruslah
dibicarakan bersana warga belajar, karena sifat dari orang dewasa (matang)
mempunyai sifat mapu mengarahkan diri sendiri dan setiap orang mempunyai cara
yang berbeda dalam melakukannya, jadi apa yang dilakukan dalam kegiatan belajar
haruslah merupakan kesepakatan bersama.
3.2. Kesimpulan
Teori
Belajar Adragogi dapat diterapkan apabila diyakini bahwa peserta didik
(siswa-mahasiswa-peserta) adalah pribadi-pribadi yang matang, dapat mengarahkan
diri mereka sendiri, mengerti diri sendiri, dapat mengambil keputusan untuk
sesuatu yang menyangkut dirinya. Andragogi tidak akan mungkin berkembang apabila
meninggalkan ideal dasar orang dewasa sebagai pribadi yang mengarahkan diri
sendiri. Yang menjadi tolok ukur sebuah kedewasaan bukanlah umur, namun sikap
dan perilaku, sebab tidak jarang orang yang sudah berumur, namun belum dewasa.
Memang, menjadi tua adalah suatu keharusan dan menjadi dewasa adalah sebuah
pilihan yang tidak setiap individu memilihnya seiring dengan semakin lanjut
usianya.
DAFTAR PUSTAKA
http://makalah-pendidikan-orang-dewasa.blogspot.com/2011/05/makalah-pendidikan-orang-dewasa.html